Kapolsek Sungai Batang Ikut Gotong Royong Bersihkan Situs Sejarah Benteng Tengku Sulung
SUNGAI BATANG - Personel Kepolisian Sektor (Polsek) Sungai Batang, Polres Indragiri Hilir, Polda Riau melaksanakan kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan Situs Sejarah Benteng Tengku Sulung bersama Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Sungai Batang, Jum'at (20/1/2023).
Kegiatan gotong royong dipusatkan di Parit Belah Nipah, Desa Benteng Utara ini diikuti langsung Kapolsek Sungai Batang IPTU Delni Atma Saputra SH MH,
Camat Sungai Batang Abu Bakar SH,
Danramil Sungai Batang Kapten Inf Zainuar Sikumbang, Lurah Benteng Wilman Arison, tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda Kecamatan Sungai Batang.
"Pada hari ini, kami bersama unsur Forkopimcam dan masyarakat Kecamatan Sungai Batang melaksanakan kegiatan gotong royong membersihkan lokasi Situs Sejarah Benteng Panglima Sulung," ungkap IPTU Delni Atma Saputra SH MH.
Disebutkan, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk melakukan perawatan situs sejarah Benteng Panglima Tengku Sulung sehingga tetap utuh bagi generasi lain.
"Juga dalam rangka tetap terjalinnya kerjasama serta meningkatkan silaturahmi yang baik antara pemerintah kecamatan dan pemerintah Desa dan maupun dari unsur Forkopimcam di Kecamatan Sungai Batang," harap mantan Kanit Tipidter Polres Inhil ini.
Selain itu juga merupakan salah satu wujud kepedulian Polri terhadap lingkungannya, terutama memelihara situs sejarah Benteng Tengku Sulung ini. Karena Polri hadir ditengah masyarakat tidak hanya penegak hukum, tetapi juga dalam bentuk sosial sehingga memberikan manfaat dimanapun bertugas.
Untuk diketahui, Panglima Besar Tengku Sulung lahir pada tahun 1798 di Lingga, Kepulauan Riau dan wafat di Benteng 30 Rabiul Awal 1275 H atau 7 November 1858 M di. Diangkat menjadi penguasa Reteh, Igal dan Mandah pada 7 Januari 1842 berkedudukan di Sungai Terap dan diangkat menjadi Panglima Besar Reteh pada 21 Januari 1856 oleh Sultan Mahmud Muzafar Syah IV dengan pertimbangan Tengku Sulung setia kepada Sultan Mahmud yang telah dimakzulkan oleh Belanda, prinsip Tengku Sulung adalah “Raja Adil Raja Disembah Raja Lalim Raja Disanggah”.
Tengku Sulung membangun benteng di Hulu Sungai Batang yakni pertemuan muara Sungai Sampi dan Sungai Batang di area tanah seluas 2 Ha, kemudian menjadi Desa Benteng ditempatkan 15 meriam berbagai kaliber dan dikubu pertahanan kecil 6 meriam sekitar 3 Km kearah barat.