Dayatarik Makam Tuan Guru Sapat yang Selalu Ramai Dikunjungi
Makam Tuan Guru Sapat saat ramai dikunjungi peziarah baik dari dalam dan luar negeri.
INDRAGIRI HILIR - Keberadaan Makam Syekh Abdurrahman Shiddiq Al-Banjari di Dusun Hidayat, Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuindra, Kabupaten Indragiri Hilir Riau selalu menjadi daya tarik masyarakat, baik itu di dalam daerah maupun luar daerah.
Makam ulama yang juga dikenal dengan nama Tuan Guru Sapat ini memang diakui memiliki daya tarik religius yang sangat kuat.
Setiap tahun masyarakat terus memperingati haul tuan guru setiap tahun bertepatan dari hari wafatnya.
Hal ini sendiri merupakan bentuk penghormatan kepada Tuan Guru Sapat atas perannya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang agama Islam.
Selain itu setiap harinya makam Tuan Guru Sapat terus didatangi oleh jamaah atau wisatawan dari berbagai pelosok nusantara hingga negara tetangga, yaitu Malaysia Singapura dan Brunei Darussalam dan lainnya.
Bagi wisatawan yang ziarah ke makam Tuan Guru Sapat juga disuguhkan dengan cenderamata yang berkaitan dengan tuan guru sehingga ada kenang-kenangan yang bisa dibawa pulang.
Cenderamata ini dijual oleh masyarakat setempat di sekitar komplek Makam Tuan Guru Sapat yang notabene masih keturunan langsung Tuan Guru Sapat.
Selain di hari-hari biasa, wisata religi ziarah Tuan Guru Sapat kian meningkat tajam pada saat hari-hari libur dan hari besar seperti lebaran.
Tuan Guru Syekh Abdurrahman Shiddiq merupakan seorang ulama besar Inhil kelahiran Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan (Kalsel) tahun 1857 yang meninggal di Sapat, Kuindra, Kabupaten Inhil, Riau pada 10 Maret 1930.
Syekh Abdurrahman Siddiq adalah seorang ulama dari etnis Banjar keturunan ulama besar dari Kalsel bernama Syekh Arsyad Al-Banjari yang merupakan anak dari Muhammad Afif Bin Khadi H. Mahmud dan Shafura.
Ulama yang akrab dengan sebutan Tuan Guru Sapat ini sudah dikenal di mana-mana bahkan sampai di Mekah, karena ia juga menjadi pengajar di Masjidil Haram dan memiliki murid tersebar sampai ke Singapura, Malaysia, Jambi, Palembang, Kalimantan.
Makan Syekh Abdurrahman Shiddiq Al-Banjari atau Tuan Guru Sapat di Dusun Hidayat, Desa Teluk Dalam, Kecamatan Kuindra, Kabupaten Inhil Riau (Dok Tribun Pekanbaru)
Tuan Guru Sapat sudah menetap di Sapat, Kecamatan Kuindra, Inhil sejak sekitar tahun 1890 an hingga wafat.
Tuan Guru Sapat juga merupakan Mufti kerajaan Indragiri atau ahli agamayang ditugaskan kerajaan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam khususnya dalam hal perkawinan, mawaris pengadilan dan perceraian yang ditunjuk langsung oleh Sultan Indragiri.
Awalnya jabatan ini ditolak tuan guru sejak ditawarkan sultan, namun akhirnya diterimanya dengan syarat beliau tetap tinggal di Sapat dan tidak mau menerima gaji dari kerajaan.
Sebelum menetap di Sapat, tuan guru yang pernah memperdalam ilmu di Mekah selama 7 tahun ini, sempat merantau ke Padang, Sumatera Barat (Sumbar) dan menjalankan usaha sebagai penyepuh emas sembari berdakwah ke pelosok-pelosok Sumbar.
Tuan guru juga pernah di Bangka Belitung sesaat setelah dirinya sampai di Kalimantan sepulang dari menuntut ilmu di Mekah, atas izin dari birokrasi pendidikan Mekah, Tuan Guru Sapat kembali ke tanah air dengan alasan ingin mengabadikan ilmu yang didapat di kampung halaman.
Meskipun kini dirinya telah tiada, namun karya-karyanya yang berbentuk kitab seperti jadwal sifat dua puluh, sittin masalah dan Jurumiah, asrarul shalah min’iddatil kutubi al mu’tamadah, syair ibarat dan kabar kiamat, serta banyak lainnya lagi yang saat ini masih menjadi literasi di banyak pusat pusat pendidikan Islam, seperti pesantren dan madrasah.(Adv Khusus)