Analisis Perkembangan Sebaran Prevalensi Stunting di Kecamatan Tempuling
Grafik Prevalensi Stunting Kecamatan Tempuling Tahun 2021 dan 2022.
INDRAGIRI HILIR - Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru Nampak setelah bayi berusia 2 (dua) tahun. Dengan demikian periode 1000 hari pertama kehidupan seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang di masa depan.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita .Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.Intervensi anak kerdil (Stunting) memerlukan konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis pemerintah serta dunia usaha/masyarakat. Pada tahun 2022, Pemerintah Daerah Kabupaten Indragiri Hilir telah mengadakan Rembuk Stunting dengan menetapkan 40 lokus desa untuk intervensi spesifik dan sensitif pada lokus tersebut. Kecamatan Tempuling sebagai salah satu kecamatan lokus Khususnya desa Sungai Salak memiliki tanggung jawab dalam pencegahan dan penurunan Stunting di tingkat desa atau kelurahan. Berikut adalah grafik sebaran stunting di kecamatan Tempuling.
Dari grafik dan peta di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase balita Stunting di Kelurahan atau desa khususny desa Teluk kiambangdi tahun 2020(10,9%) dan 2021(10,2 %). Hal 0,71)ini menunjukkan adanya konvergensi program/intervensi Upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu menurunkan presentase balita stunting di kecamatan Tempuling atau Desa/Kelurahan Sungai Salak Namun perlu adanya peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sector sertakomitmen dari semua pemangku kebijakan dan pelaksana program agar dapat lebih kompak lagi dalam menangani stunting di Desa atau kelurahan.
Berbagai upaya yang telah ditempuh di Kecamatan Tempuling atau Desa/Kelurahan Sungai Salak guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 Hari pertama Kehidupan (HPK), antara lain dengan semakin gencarnya sosialisasi ASI Ekslusif,pendidikan gizi untuk ibu hamil,pemberian TTD pada remaja putri di sekolah, pemberian TTD untuk ibu hamil, pemberian makanan tambahan ( PMT) pada ibu hamil yang mengalami KEK, IMD, Pemberian makan pada Bayi,dan Anak (PMBA),pemberian susu pada balita gizi kurang, pemberian mikro, nutrient (taburia), pemberian vitamin A pada bayi dan balita, pemberian obat cacing, program Kesehatan lingkungan, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi.
1. Faktor Determinan yang Memerlukan Perhatian
Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita khususnya baduta, adalah akses air bersih, jamban, pemberian ASI Eklusif dan perilaku merokok. Beberapa wilayah mengalami kesulitan dalam akses air bersih dan jamban yang mana hal tersebut selain dari segi ketersediaan jamban ataupun air bersih ada beberapa daerah yang mana hal tersebut merupakan perilaku yang sulit untuk diubah. Remaja Putri telah mendapatkan intervensi berupa pemberian Tablet Tambah Darah baik reamaja yang ada disekolah maupun di pondok Pesantren dan Posyandu Remaja.Namun, ada sebagian remaja putri yang masih belum mau mengkonsumsi TTD secara teratur meskipun telah mendapatkanya karena kurangnya motivasi diri ataupun minat remaja putri tersebut untuk mengkinsumsi TTD tersebut.
2. Perilaku Kunci Rumah Tangga 1.000 HPK yang Masih Bermasalah
Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana bersama dengan Puskesmas juga telah melakukan monitoring sekaligus analisa masalah yang terjadi didesa menunjukkan Pola Asuh Balita, Pola Konsumsi Ibu Hamil dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat masih membutuhkan Intervensi dan pembinaan pada tahun 2022 Ibu hamil Anemia dan kurang Energi Kronis telah mendapatkan PMT (Pemberian Makanan Tambahan). Dengan adanya penanganan Ibu Hamil KEK tersebut menunjukkan pendampingan dapat menekan terjadinya stunting dan BBLR dari ibu hamil Kurang Energi Kronis dan Anemia yang ada.
3. Kelompok Sasaran Beresiko
Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain Remaja putri, Calon Pengantin Ibu Hamil, Bayi, dan Usia Bawah dua tahun (Baduta). Remaja putrid perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat dan berperilaku sehat, sehingga bayi yang dikandungpun dapat lahir dengan selamat, sehat dan cerdas. Bayi yang telah dilahirkan tersebut berhak untuk mendapatkan ASI ekslusif dan Pemberian Makan Bayi dan Anak yang sesuai sehingga pertumbuhan otaknya dapat optimal dan tumbuh menjadi anak yang sehat pintar dan cerdas serta bebas dari stunting.