News

Analisis Data Pengukuran Stunting di Kecamatan Kuala Indragiri

Indragiri Hilir - Persentase balita stunting di Kecamatan Kuala Indragiri di tahun  2022 : 19, 2023 : 12. Akan tetapi di tahun 2024 terjadi peningkatan kembali mecapai : 22. Namun dari 1 Kelurahan 7 Desa, ada 4 Desa yang mengalami peningkatan kasus stunting.

Peningkatan prevalensi stunting yaitu Kelurahan Sapat, Desa Teluk Dalam, Desa Sungai Piyai, dan Desa Sungai Buluh. Hal ini menunjukkan adanya konvergensi program/intervensi upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu menurunkan presentase balita stunting di Kecamatan Kuala Indragiri. Namun belum maksimal, sehingga perlu peningkatan kerjasama dan komitmen semua pemangku kebijakan dan pelaksana program agar dapat lebih kompak dalam menangani kasus stunting di Kecamatan Kuala Indragiri

Berbagai upaya yang telah dilakukan di Kabupaten Indragiri Hilir guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di masa 1.000 HPK antara lain :
1. Pelatihan pencegahan dan penanggulangan stunting
2. Penyuluhan, sosialisasi ASI Ekslusif, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), kesehatan reproduksi, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), Gemar Makan Ikan (GEMARIKAN)
3. Pendidikan gizi untuk ibu hamil
4. Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk ibu hamil dan remaja putri
5. Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA)
6. Program penyehatan lingkungan
7. Penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi
8. Orang Tua Asuh Stunting

Loading...

Pemerintah Kecamatan Kuala Indragiri menciptakan program inovasi dalam rangka pencegahan dan penanggulangan stunting yaitu “GERAKAN SATU HATI” (GSH) jilid I dan II dimulai dari gerakan seluruh TP. PKK Kecamatan sampai ketingkat Desa/Kelurahan. Gerakan ini merupakan gerakan bersama dengan melibatkan seluruh ASN,  Swasta, LSM dan Organisasi untuk berdonasi. Alhamdulillah gerakan ini dapat menurunkan prevalensi stunting, balita gizi buruk dan gizi kurang di Kecamatan Kuala Indragiri.

Faktor Determinan yang Memerlukan Perhatian di Kecamatan Kuala Indragiri
Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita khususnya baduta adalah :
1. Faktor lingkungan
Beberapa wilayah mengalami kesulitan dalam akses air bersih, belum memiliki jamban sehat. Selain dari segi ketersediaan jamban ataupun air bersih ada beberapa daerah yang mana hal tersebut merupakan perilaku yang sulit untuk diubah dari 22 keluarga balita stunting yang di survei 22 Keluarga buang air besar sembarangan, 10  keluarga sanitasi tidak layak dan  hanya 3 keluarga memiliki sumber air minum bersih.

2. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terjadinya stunting, masih ada ibu hamil tidak mendapatkan pelayanan sesuai standar, masih ada bayi/balita tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Oleh Karena itu akan dilakukan aksi stunting ABCDE :
‌Aktif minum Tablet Tambah Darah untuk Remaja Putri dan Ibu Hamil serta di anjurkan juga untuk calon pengantin
‌Bumil teratus pemeriksaan kehamilan
‌Cukupi konsumsi protein hewani
‌Datang ke Posyandu setiap bulan
‌Ekslusif ASI 6 bulan

3. Kesehatan  Reproduksi
Terkait kesehatan reproduksi masih ditemukan adanya pernikahan dini, sehingga tindak lanjut Pemerintah pada pernikahan dini adalah melakukan MOU dengan Pengadilan Agama, memberi penyuluhan, melakukan bimbingan kepada anak remaja, calon pengantin, penyuluhan dan sosialisasi kesehatan reproduksi, melakukan kunjungan dan bmemberikaan remaja putri Tablet Tambah Darah (TTD). 
Untuk Kegiatan TTD pada remaja putri telah dilakukan Aksi Bergizi di Sekolah dengan rangkaian kegiatan : Senam bersama, sarapan pagi bersama, pemeriksaan Hemoglobin (HB), dan minum TTD.

Berdasarakan hasil survei kepada keluarga balita stunting 22, pada saat kehamilan ibu mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK). KEK pada ibu hamil berisiko mengakibatkan bayi yang dilahirkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) berat badan kurang dari 2500 gram dan berisiko stunting.

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah Sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan
berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Masih rendahnya masyarakat ber PHBS
‌Persalinan masih ada ditolong dukun dan  tidak di fasilitas kesehatan 
‌Tidak Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan tidak memberikan ASI Ekslusif.


Loading...