Indragiri Hilir - Dari grafik dan peta di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase balita Stunting di Kecamatan sungai batang mengalami peningkatan dari 12 khasus pada tahun 2022 menjadi 15 khasus pada tahun 2023, dan menjadi 16 orang tahun 2024 .
Hal ini menunjukkan adanya konvergensi program/intervensi Upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu menurunkan presentase balita stunting di Kecamatan Sungai Batang. Namun perlu adanya peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektor serta komitmen dari semua pemangku kebijakan dan pelaksana program agar dapat lebih kompak lagi dalam menangani stunting di Desa atau kelurahan.
Adapun berbagai upaya yang dilaksanakan pemerintah Kecamatan Sungai Batang bekerjasama dengan UPT Puskesmas Banteng sebagai berikut:
1. Melakukan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi, kb, dan pencegahan kekerasan pada anak dan perempuan,
2. Melakukan kegiatan pendampingan ASI eksklusif, kunjungan bumil KEK dan balita bermasalah gizi
3. Melakukan pelatihan penyiapan pemberian makan tambahan berbahan pangan lokal bagi kader
4. Pemberian tablet tambah darah bagi ibu hami dan remaja putri
5. Melakukan pembinaan pelaksaan aksi bergizi di sekolah SMP dan SMA yang ada di Kecamatan Sungai Batang
6. Melakukan sosialisasi 5 pilar STBM
7. Ikut mensukseskan program imunisasi, yaitu Crash Program Polio, BIAN, Kejar, dan PIN Polio tahap 1dan 2.
8. Memilih dan menetapkan Bunda PAUD dan orang tua asuh stunting
9. Pelaksanaan komitmen percepatan Open Defecation Free (ODF)/Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)
Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita di Kecamatan Kuala Sungai Batang adalah sebagai berikut :
1. Tidak Mendapat Imunisasi Dasar Lengkap
Sebagian besar balita stunting di kecamatan Tembilahan tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap yaitu sebesar 35,7% (5 orang). Salah satu penyebabnya yaitu kekhawatiran orang tua terhadap efek samping imunisasi. Ketidak lengkapan imunisasi dapat menyebabkan anak lebih rentan terhadap penyakit yang bisa mempengaruhi status gizi dan pertumbuhan.
2. Terpapar Asap Rokok
Banyak balita yang terpapar asap rokok dilingkungan rumah, karena adanya perokok aktif dalam keluarga, yaitu sebesar 100% (14 orang). Paparan asap rokok dapat mengganggu kesehatan pernapasan dan memperburuk kondisi stunting dengan menurunkan daya tahan tubuh anak.
3. Tingkat Pendidikan orang tua balita masih rendah
Tingkat Pendidikan orang tua balita masih rendah sehingga sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman mereka tetntang pentingnya nutrisi dan pola asuh yang baik untuk mencegah stunting dan juga dapat menghambat akses terhadap informasi kesehatan yang memadai, adapun tingkat Pendidikan ayah balita sebesar 61,5% (8 orang) dan Ibu balita sebesar 57,1% (8 orang)
4. Belum Mendapat MP ASI
Banyak balita stunting belum mendapatkan MP-ASI yang sesuai standar sebesar 21,4% (3 orang). MP-ASI yang tidak memadai bisa menyebabkan kekurangan gizi yang berkontribusi pada terjadinya stunting.
5. Pemahaman Tentang Stunting yang masih kurang
Masih banyak orang tua yang tidak memahami pentingnya gizi seimbang dalam pola makan anak yang dapat memperburuk kondisi stunting, Yaitu sebesar 64,28% (9 orang).
6. Tidak Menapat ASI Ekslusif
Sebagian anak stunting tidak mendapatkan ASI EKsklusif, padahal ASI Eksklusif sangat penting untuk pertumbuhan optimal anak pada enam bulan pertama kehidupan. Yaitu sebesar 50% (7 orang)
7. Tidak Memiliki Jamban Sehat
Ada anak yang tinggal dirumah tanpa jamban sehat, yang meningkatkan resiko infeksi dan memperburuk status kesehatan serta gizi anak, sebesar 28,57% (3 0rang)
8. Akses Air Bersih yang kurang
Kurangnya akses terhadap air bersih juga menjadi salah satu faktor memperburuk status gizi kesehatan balita, meningkatkan resiko terkena penyakit yang berkaitan dengan sanitasi dan kebersihan, yaitu sebesar 28,57% (3 orang)